Selasa, 23 April 2019

ISLAM, Modal Menuju #IndonesiaMaju

Oleh: Laikatul Fitriyah, S.Pd.

"Untuk Indonesia maju, kita harus menang. Kita pantas menang karena kita punya modal yang besar," kata Ma'ruf dalam pidato kebangsaan di Sentul International Convention Center, Modal yang dimaksud Ma'ruf bukan uang melainkan hasil kerja pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Ma'ruf mengatakan, Jokowi-JK sudah meletakkan dasar pembangunan yang kuat. Kompas.com, Minggu (24/2/2019)




Dalam kontestasi politik demokrasi hari ini bermacam narasi tentang kebangkitan juga kemajuan nyaring terdengar. Gagasan yang muncul beragam namun satu hal yang pasti bahwa mereka tetap dalam satu kesamaan yaitu tempurung demokrasi.

Demokrasi punya prosedur yang sering kita sebut sebagai pesta pemilu, dalam pemilu rakyat diharuskan memilih pemimpin yang otomatis tugasnya untuk menjalankan sistem demokrasi. Sederhananya siapapun pemimpin yang terpilih sejatinya mereka sama sama menjalankan sistem yang sama.

Padahal ketika kita berbicara fakta yang terindra selama penerapan sistem demokrasi yang terjadi justru ialah kerusakan multidimensi. Kita tau bagaimana fakta korupsi yang menggurita tak hanya di kalangan elit penguasa namun juga grassroot, kerusakan generasi, diskriminasi, persekusi, kriminalitas, pendidikan mahal, kesehatan tak terjangkau oleh kantong, kemiskinan. Naif rasanya jika kita mengatakan bahwa indonesia hari ini baik baik saja.

Namun sunggu sangat berbahaya jika dikembangkan opini bahwa negeri ini adalah negeri yang gagal dalam berdemokrasi. Sehingga seolah yang harus diperbaiki adalah praktik demokrasinya atau person yang menjalankannya. Alias, tidak ada yang salah dalam konsep demokrasinya. Ini adalah opini yang menyesatkan. Faktanya justru negeri ini telah berhasil menerapkan demokrasi dalam wajah aslinya. Dan hasilnya adalah permasalahan multidimensi yang semakin parah dari hari ke hari. Karena apa yang menimpa rakyat hari ini bukan hanya disebabkan orang-orang yang tidak amanah, namun juga disebabkan oleh penerapan sistem demokrasi yang RUSAK dan MERUSAK. Suatu keniscayaan saat aturan diserahkan kepada tangan-tangan manusia yang sarat kepentingan.

"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dhalim.” (QS. al-Maa-idah: 45)".

Entah sampai kapan kita diarahkan untuk terus berharap pada sistem demokrasi tanpa diberi ruang untuk melihat dari sudut pandang perubahan lain, sistem islam misalnya. Yang dalam sejarahnya telah berhasil membangkitkan peradaban jahilia menuju peradaban yang maju dan berhasil mencetak generasi uanggulan. Islam memiliki sistem pengaturan kehidupan yang sempurna dari mulai persoalan individu sampai berekonomi dan juga bernegara. Yang semestinya dipandang sebagai modal untuk meraih kemajuan bangsa.

"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu sehingga Kami menyiksa mereka karena perbuatan yang mereka kerjakan (TQS al-Araf [7]: 96)".

Sehingga modal besar yang layaknya dikampanyekan ialah islam bukan yang lainnya. Dan rasa rasanya tak perlu ada pernyataan sekelas tokoh masyarakat seperti kutipan diatas. Dan jika boleh mengungkap rindu rasanya sekaligus tak sabar menanti moment dimana para tokoh intelektual, ulama, dan tokoh tokoh masyarakat dengan lantang menyuarakan gagasan islam, tanpa perlu takut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar