Saudariku kawan mahasiswa yang dirahmati Allah.
Menelisik
kegelisahan yang dialami hampir seluruh masyarakat indonesia, tak terkecuali
kita seorang mahasiswa. Tatkala mata kita memandang fakta korupsi yang menggurita tak hanya di kalangan
elit penguasa namun juga grassroot. Tatkala telinga kita mendengar bisingnya
suara-suara janji perubahan tiap jelang pemilihan yang senantiasa berujung pada
perih yang takbertepi. Rasanya Panca indra ini tak hentinya disuguhi beragam
fenomena menyayat hati. Kerusakan generasi, diskriminasi, kriminalitas,
pendidikan mahal, kesehatan tak terjangkau oleh kantong, kemiskinan, duuh
betapa nyata carut marut permasalahan multidimensi.
Padahal
69 tahun telah berlalu sejak digaungkannya suara “merdeka!!” dengan sistem
demokrasi menjadi asas bernegara, dengan beragam bentuk format sistem demokrasi
mewarnai prosesinya, mulai dari sistem
Demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila dimasa orde
baru dan demokrasi pancasila dimasa orde reformasi hingga sekarang. Namun kegelisahan
terus saja mengusik mengapa beragam masalah tak henti mendera? Dapat
dipastikan ada sesuatu yang salah! Kemungkinannya hanya dua Antara personnya
atau sistem bernegaranya.
Saudariku mahasiswi, cukuplah rakyat negeri ini
dikorbankan menjadi tumbal hanya untuk memaksakan mengamini bahwa konsep
pemerintahan demokrasi adalah satu-satunya system terbaik dunia. Demokrasi
senantiasa disandingkan dengan jargon kesejahteraan rakyat. Padahal tidak ada
hubungannya antara demokrasi dengan kesejahteraan rakyat buktinya negara
singapura ataupun cina yang indeks demokrasinya lebih rendah dibandingkan
negara indonesia justru memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi dibanding
indeonesia yang digadang sebagai negara paling demokratis. Bahkan system ini,
sesungguhnya telah ditolak oleh pencetusnya sendiri, Plato dan Aristoteles
menyatakan “demokrasi adalah pemerintahan yang menyimpang, karena
terjadi pemanfaatan untuk beberapa orang saja”.
Sungguh
sangat berbahaya jika dikembangkan opini bahwa negeri ini adalah negeri yang
gagal dalam berdemokrasi. Sehingga seolah yang harus diperbaiki adalah praktik
demokrasinya atau person yang menjalankannya. Alias, tidak ada yang salah dalam
konsep demokrasinya. Ini adalah opini yang menyesatkan. Faktanya justru negeri
ini telah berhasil menerapkan demokrasi dalam wajah aslinya. Dan hasilnya
adalah permasalahan multidimensi yang semakin parah dari hari ke hari. Karena
apa yang menimpa umat ini bukan hanya disebabkan orang-orang yang tidak amanah,
namun juga disebabkan oleh penerapan sistem demokrasi yang RUSAK dan MERUSAK.
Suatu keniscayaan saat aturan diserahkan kepada tangan-tangan manusia yang
sarat kepentingan.
#TinggalkanDEMOKRASI |
Perih
yang takbertepi itu kini coba kembali ditambah sayatannya. Pemilu yang beberapa
waktu lagi akan dilaksanakan diharapkan sebagai pintu masuk untuk wujudkan
perbaikan, triliunan rupian digelontorkan untuk suksesi pesta demokrasi.
Mahalnya konsep pemilu dalam sistem demokrasi membuat kolaborasi antara
pemodal/cukong dan calon penguasa adalah suatu hal pasti, lihat bagaimana
keberpihakan atas kebijakan pasca penguasa terpilih yang cenderung pro kepada
pemodal dari pada rakyat. seperti UU
penanaman modal, UU migas, UU TDL dll. Masihkah kita berharap pada sistem
demokrasi?
Bagaimana
peran politik pemuda dalam sistem demokrasi dan dalam sistem khilafah?
Jumlah
pemuda termasuk didalamnya mahasiswa mencapai 40% dari total pemilih. artinya sesungguhnya
sangat besar pula peran politik pemuda
dalam mempengaruhi arus pergerakan perubahan di negeri ini. Namun sayangnya
besarnya jumlah pemuda dalam sistem demokrasi dikerdilkan peranannya hanya
sebatas pada “suara” saat jelang pemilihan semata. Pengusung demokrasi
membumbung pemuda dengan berbagai argumentnya agar pemuda berperan dalam
perubahan yaitu dengan ikut PEMILU
seolah tidak ada peran perubahan yang lain (sempit sekali). Suara komunitas
pemuda yang besar menjadi sasaran berharga dalam demokrasi. Dengan mekanisme
seperti itu, sejatinya demokrasi telah merampok peran politik pemuda, pemuda
hanya dijadikan sasaran empuk dalam menjaring suara. Ingatkah kau wahai mahasiswa ketika lantang
suaramu menolak kenaikan BBM justru DPR yang notabene wakil rakyat tetap
menaikannya! Tak cukupkah ini menjadi bukti? Bahwa suaramu hanya dibutuhkan
saat jelang pemilu. Mempertahankan demokrasi hanya akan membuat luka semakin
menganga dalam dan basah.
Hal
tersebut jelas berbeda dengan mekanisme dalam islam yang statusnya bukan hanya
sebatas agama namun juga ideologi yang memancarkan seperangkat aturan kehidupan
manusia dengan pesona yang begitu indahnya. Memecah keperihan takbertepi
tatkala seperangkat aturannya diimplementasikan dalam sebuah institusi
KHILAFAH. Dalam negara khilafah dengan didukung kondusifnya sistem ekonomi,
pendidikan, sosial, pilitik, dll. Pemuda berperan secara hakiki dalam
meninggikan peradaban. Berperan dalam banyak sektor secara riil, karena negara
khilafah memang menyiapkannya secara baik. Pemuda menjadi panglima, menjadi
peneliti, penemu dan peletak dasar
berbagai ilmu, pemuda turut mengoreksi
kebijakan penguasa yang salah arah. Pemuda juga turut membangun sistem social
bermasyarakat yang baik, memiliki akhlaq yang luhur, dan tingkat kepedulian
yang tinggi terhadap kebaikan masyarakat.
Khilafah dengan kesempurnaan aturannya akan mampu
membentuk pemuda sebagai sosok dambaan umat, shaleh secara pribadi dan visioner memimpin peradaban
dengan penguasaan ilmu dan teknologi. Sejarah telah membuktikkan bahwa Islam
telah melahirkan sosok-sosok visioner, Mushab bin Umair ,Muadz bin Jabal,
Muhammad Al Fatih, Imam Syafi'i. Demikian pula
para intelektual muda yang membawa kekhilafahan melesat menjadi negara
berperadaban maju Diantaranya : Al-Biruni (fisika, kedokteran);; Al-Khawarizmi
(Algorism) padailmumatematika;; Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi)
IbnuSina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern, dll.
Sosok-sosok diatas merupakan bukti keberhasilan islam mulai dari masa
Rasulullah hingga kekhilafahan ustmaniyah telah mencetak dan memberdayakn pemuda
visioner dengan karya-karya besar untuk peradaban dunia hingga berpengaruh di
masa modern ini.
Pilihan kita kini adalah Tetap terperosok
dengan tetap melanggengkkan system demokrasi atau melakukan perubahan
revolusioner dengan system Khilafah untuk mewujudkan Indonesia lebih baik?
Bagaiman pemuda semestinya?
Pemuda
terus diarahkan untuk memikirkan kepentingannya sendiri, tidak peduli pada
urusan orang lain sehingga menjadikan pemuda semakin pragmatis, apolitis dan
individualis. Dan Mereka mengira, sistem demokrasi akan membawa mereka kepada
kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih modern. Padahal
kenyataannya tidaklah demikian. Demokrasi yang katanya bisa menjadi ‘alat’ untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat, pada faktanya adalah bohong. Yang terjadi,
demokrasi justru menjadi alat oleh kelompok elit masyarakat, elit wakil rakyat,
elit parpol dan elit para pemilik modal untuk memperkaya diri mereka sendiri dengan
merampok kekayaan rakyat dan yang lebih jahat lagi karena DEMOKRASI perampokkan
itu menjadi LEGAL, SAH dan disetujui RAKYAT melalui kebijakan Undang-undang
yang dibuat oleh wakil rakyat. Benar-benar PEMBODOHAN politik pemuda dan rakyat
bangsa ini, Mari kita sudahi keterbiusan kita oleh ide demokrasi.
Saudariku
mahasiswi, sesungguhnya demokrasi telah merampok hak politik kita para pemuda dan
telah membajak potensi pemuda Indonesia. Jangan pertaruhkan masa depan kita
dengan sistem rusak dan merusak ini. Tinggalkan demokrasi sekarang juga, dan
mari berjuang menegakkan Khilafah, satu-satunya sistem yang terbukti menjamin hak
politik pemuda dan melahirkan pemuda prestasi di segala bidang bahkan karyanya mampu
menjadi pondasi peradaban modern.
Wahai
pemuda, negeri ini menanti kiprah perjuanganmu, membebaskannya dari belenggu
DEMOKRASI yang demikian RUSAK. Negeri ini menanti uluran tangan para pemuda
muslim untuk menjadi pejuangnya, menyelamtkannya dengan syariah-Nya yang
sempurna yang diterapkan dalam institusi Khilafah Islam. Yang dengannya, gemah
ripah loh jinawi negeri ini akan kita rasakan, penguasa taqwa dan menyayangi
rakyatnya akan kita dapatkan, dan hak politik pemuda benar-benar terwujud
secara nyata untuk melahirkan peradaban agung nan mulia. Saatnya, tinggalkan
demokrasi, tegakkan khilafah! Allahu akbar! #IndonesiaMilikAllah
#TerapkanHukumAllah wallahu a'lam -
Saudarimu,
Bogor, 10 Maret 2014
pukul 12.05 siang
[fitri]
Saudarimu,
Bogor, 10 Maret 2014
pukul 12.05 siang
[fitri]
huhu, jadi kangen nulis jugaaa :'(
BalasHapusEh, layoutmu kok unyu sih? Ngrampok dmn? :D
nulis lah. ditaksir deadline mulu ya. hehe...
Hapusgoogling dit. cari background blogspot. banyak dah tuh keluar..
Haha, tau aja.. Tiba-tiba jd most wanted :D
HapusYup, nih mw mulai lagi..
Sip,sip.. :)
efek abis baca tuliusanmu dit. haha mungkin kamu terlalu mempesona bagi Deadline.
HapusKeren...keren
BalasHapus