Rabu, 16 Oktober 2013

9 pertanyaan dosen dalam seminar proposal skripsi



    seminar proposal skripsi merupakan fase yang harus dilewati oleh setiap mahasiswa yang akan melakukan penelitian. memiliki gambaran tentang segala hal yang terkait dengan seminar tersebut merupakan sebuah keuntungan. Berikut ini adalah 9 pertanyaan yang sering dilontarkan oleh dosen dalam seminar proposal skripsi beserta jawabannya.

  1. Mengapa anda mengambil judul tersebut?
  2. Jawab : lihat pada latar belakang masalah. Utarakan permasalahan yang ada pada latar belakang di bab 1

Jumat, 11 Oktober 2013

Detik Detik menjelang wafatnya Rasulallah SAW


Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar benar cinta yang di contohkan Allah melalui kehidupan RosulNYA
Pagi itu walaupun langit-langit mulai meenguning, burung2 gurun enggan mengepakan sayap.
Pagi itu , Rasulallah dengan suara terbatas memberikan khutbah.
“wahai umatku.....
Kita  semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasihnya maka taati dan bertakwalah kepadaNYA,
Kuwariskan dua perkara kepada kalian Al Quran dan sunahku “
“barang siapa mencintai sunahku  berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk surga bersama-sama aku “

Lelah Dalam Dakwah?


Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu, Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel ditubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah Saw. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah swt.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Beliau memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab Ra. juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak. Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih "tragis"
Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani... justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke manapun mereka pergi. Akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga "hasrat untuk mengeluh" tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya "ditinggalkan" hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman.

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, "ya Allah, berilah dia petunjuk...sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang..."

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta. Mengajak kita untuk terus berlari. (Ust Rahmat Abdullah)

Senin, 07 Oktober 2013

Mewujudkan Generasi Pemimpin

“Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya”. (HR. At-Tirmidzi)
Salam mahasiswa...!!
Kita semua pasti memahami peran aktivis mahasiswa sebagai generasi perubah bangsa yang dikepalanya selalu dipenuhi spirit dan ide ide perubahan, berangkat dari sana maka sudah sewajarnya jika aktivis mahasiswa ikut urun rembuk memberikan gagasannya atau sekeder memfikirkan kondisi bangsanya. Jika kita menghitung umur Indonesia ternyata negeri ini sudah cukup untuk dikatakan tua, terhitung sejak digaungkannya kemerdekaan pada tahun 1945 hingga saat ini. Dalam perjalananya negeri inipun ternyata sudah berkali kali mengganti wajah pemimpin baik dijajaran pemerintahan pusat maupun Daerah. para pemimpin kita seringkali menebar janji janji perubahan setiap menjelang pemilu (pemilihan umum) namun sayangnya saat mereka terpilih mendadak pikun. Mari luaskan pandangan seluas mata memandang, apakah sejak kemerdekaan lalu hingga saat ini ada indikasi yang mengarah pada perubahan? saya katakan yang terjadi justru sebaliknya.

Menurut data Political & Economic Risk Consultancy (PERC) ternyata indonesia menduduki peringkat nomor wahid sebagai negara terkorup seasia pasifik. Ketua Mahkama Konstitusi, Mahfud MD dalam diskusi “akar2 mafia peradilan indonesia(18 feb 2012)” menyatakan bahwa “hampir semua pejabat itu korupsi”. Mengerikan ya kawan...?! belum lagi kasus perzinahan yang juga pernah dilakukan oleh beberapa kalangan pemimpin kita, tidak kalah menyedihkan atas nama investasi “pemimpin” juga juara dlam hal menyerahkan SDA yang notabene milik rakyat kepada asing, sepeti tambang emas di papua yang kepemilikannya sepenuhnya dikuasai oleh PT Freeport perusahaan Amerika, blok cepu, blok mahakam, blok natuna (tambang minyak) blok blok ini pun sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan asing dan parahnya semua itu justru dilindungi oleh Undang-Undang Kepemilikan /UU Investasi asing, sama sama kita ketahui siapa yang merancang dan mengesahkan UU tersebut. Jadi nyata terlihat untuk siapa sebenarnya UU ini dibuat? Dan perlu kawan kawan ketahui tidak sedikit ternyata UU yang setipe dengan UU diatas. Pertanyaannya adalah apakah model pemimpin seperti ini yang kita harapkan? Jelas tidak kan kawan? Ya, pasti tidak.

Saya yakin kita semua pasti merasaakan hal yang sama, yaitu merindukan sosok pemimpin yang bertanggung jawab tulus mengurusi urusan rakyatnya, yang mau mendengarkan setiap aspirasi kita, yang rela berlapar-lapar asalkan rakyatnya kenyang. Kita semua juga pasti ingin memiliki pemimpin yang amanah, yang adil (standar adil: terpenuhinya kebutuhan seluru rakyat akan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan) yang semua itu dilakukan semata-mata karena Allah bukan sebatas politik pencitraan atau karna sering diberitakan.

Gambaran pemimpin diatas ternyata dulu banyak bertebaran dimasa kehilafahan islam, sebut saja Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Afan, Muhammad Al Fatih, Harun Arrasyid, dalam kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz bahkan sampai kebingungan mencari rakyat yang mau menerima zakat saking meratanya kesejahteraan kala itu, fakta yang takkalah mencengangkan selama 1300 tahun institusi khilafah berdiri ternyata hanya ditemukan kurang dari 100 kasus kriminalitas, subhanallah luar biasa.

Dari uraian diatas seharusnya pertanyaan menggelitik muncul dibenak kawan kawan, mengapa pemimpin dahulu bisa seperti itu sedangkan sekarang seperti ini? Jawabannya tidak terlepas karena dulu diterapkannya sistem hidup yang berlandaskan pada islam, sistem yang peradilannya memeberikan efek jera, sistem yang ekonominya mensejahterakan, sistem yang pemerintahannya menebar keadilan, dalam sistem islam individu individu yang ada didalamnya didorong untuk menjadi manusia yang bertaqwa, jelas ini adalah susana yang kondusif guna menciptakan generasi berkualitas dan amanah, sistem islam juga Mendorong setiap muslim untuk menjadi pemimpin, minimal memimpin diri sendiri dengan selalu memecahkan setiap persoalan dalam kehidupannya sesuai dengan aturan Islam. Inilah yang menjadi dasar terbentuknya jiwa kepemimpinan.

 Jadi saat ini mengapa kita sulit menemukan sosok pemimpin yang amanah, jelaslah itu semua disebabkan karena landasan/sistem hidup yang diadopsi saat ini bukanlah islam melainkan kapitalisme yang menjadikan sekulerisme(pemisahan agama dari kehidupan) sebagai asasnya, Merusak generasi dengan paham kebebasannya (pergaulan bebas) gaya hidup yang fun/senang2 saja (music, fashion, materi, ketenaran, dll) dalam sistem kapitalis individunyapun dididik untuk menjadi manusia yang apatis (tidak peduli/masa bodo) jauh dari sifat kemandirian lebih Pede kalo membebek kepada asing. Ini yang menyebabkan kemampuan kepemimpinan menjadi lemah .

 Sudah tidak ada cara lagi selain berjuang mengembalikan kehidupan islam guna mencetak generasi pemimpin yang beriptek dan berimtak, Maka seruan kepada para aktivis mahasiswa mari satukan langkah bahu membahu mewujudkan peradaban gemilang dalam naungan sistem islam, sistem yang berasal dari pencipta yang maha sempurna pengaturannya. Terahir saya ingin bertanya kepada kawan aktivis mahasiswa. Apakah anda yakin bahwa saat ini anda hidup dan bernafas? Sungguh Keyakinan itu pula yang seharusnya ada saat saya tanya apakah anda yakin bahwa aturan Allah (islam) itu mampu memecahkan segala permasalahan dan mewujudkan kesejahteraan? wallahu ‘alam [fitri]

Demokrasi biang Korupsi



Headline News dari berbagai media belakangan ini sering menyajikan kabar-kabar mengenai kasus korupsi yang menyeret nama-nama dari petinggi parpol, kian banyak anggota parpol yang terjerat kasus korupsi setiap harinya. Salah seorang pengamat politik bahkan mengibaratkan seperti arisan parpol yang tinggal menunggu giliran partai mana yang kemudian diusut korupsinya oleh KPK. Partai biru terseret kasus kementrian olahraga, partai kuning ternoda karna kasus pengadaan Al-qur’an dan partai putih beberapa waktu terahir tercoreng karena kasus impor daging sapi. Sebagai seorang mahasiswa sungguh ini adalah realita yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan mengingat orang-orang yang terjerat kasus korupsi diatas adalah pejabat publik.
Dalam sistem demokrasi kasus korupsi ibarat fenomena gunung es yang tampak dipermukaan justru tidak lebih banyak dari fakta yang ada di dalam. Mekanisme pemilu yang ada dalam sistem demokrasi memang sangatlah mahal. Prediksi dana pemilu tahun 2014 saja mencapai Rp. 16,2 Triliun yang dibebankan kepada negara (Republika.co.id). belum lagi dana yang harus dikeluarkan oleh parpol dan calon legislatif untuk kampanye.
Biaya yang tinggi ini akan membuka peluang terjadinya money politic membuat para legisatif berfikir bagainmana cara untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan untuk kampanye. Besarnya biaya pemilu dan kampanye dalam sistem demokrasi juga membuat parpol memutar otak bagaimana cara mendapatkan dana untuk memenangkan pemilu, hingga tak jarang parpol yang menerima bantuan dari para pemilik modal dengan syarat kesepakatan-kesepakatan mengikat. Jika calon legislatif menang jelas hal itu akan mempengaruhi kebijakan yang dibuatnya.
Sebagai seorang mahasiswa saya menyerukan kepada seluruh masyarakat sudah saatnya kita tinggalkan sistem yang justru menyuburkan praktik korupsi dan mari kita beralih kepada alternatif sistem yaitu sistem syariah islam dalam bingkai khilafah yang akan membawa kepada kebaikan dan meninggikan derajat manusia dengan mekanismenya yang khas wallahua'lam.{fitri}