Semua
berawal pada 2009 yang lalu, sosok anggun dengan binar mata yang memancarkan
ketulusan, betapa kata-katanya begitu mempesona tak jarang membelalakan mata!.
“oh begitu ya!”, “ko bisa sih?!”, “nah trus gimana?” beragam tanya menggelayut
dipikiran menuntut untuk dipuaskan, bermacam tanyapun terus kuajukan padanya,
meski sesekali perasaan yang kukedepankan, mencari celah bagaimana mematahkan
pendapatnya berharap pembenaran atas cara pandangku mengenai sesuatu. Namun
begitulah dia dengan sabarnya menjelaskan satu demi satu apa-apa yang memang telah
ia pahamii untuk mencerahkan akalku tanpa mampu aku berkutik dibuatnya. karena
memang sejatinya islam adalah satu-satunya agama yang memerintahkan manusia
beriman dengan berpikir, supaya manusia memiliki keyakinan penuh tanpa ragu.
Semenjak
pertemuan itu diskusi berlanjut ke
minggu-minggu setelahnya, luar biasa betapa banyak hal yang kudapat dari setiap
pertemuan demi pertemuan, berjam-jam bisa kuhabiskan hanya untuk berdiskusi dengannya. Kesabaran memang
akan senantiasa berbuah manis. Semanis ketika aku menyadari ternyata banyak
yang salah dari cara pandangku tentang hidup, tentang islam, tentang bagaimana
cara memaknai hidup. Semenjak proses panjang itu terasa ada yang berbeda, berkecambuk
rasanya dalam dada, antaara keengganan untuk meninggalkan kenyamanan namun dorongan
dari dalam diri terasa begitu dahsyatnya menggedor-gedor memintaku beranjak
dari kelalaian menuntut segera merefolusi diri dengan segera bertaubat kepada
Allah SWT.
Akhir 2009 menjadi titk awal hijrahku, kala itu aku berjanji kepada Allah bahwa aku
dengan segala kelemahanku akan terus berusaha memberikan yang terbaik dari
waktuku bahkan mimpiku insya Allah semata untukNYA. Rasanya tak ingin untuk
kesekian kalinya mengecewakan Allah dan Rasulullah itu yang menjadi salah satu
pendorongku selain karena rasa takut dengan sisksa neraka yang begitu hebatnya
yang akan ditimpakan kepada orang-orang lalai atas amanah dari-NYA sebagai
hamba di planet bumi yang Ia ciptakan ini.
Alhamdulillah
luarbiasa syukurku kuucapkan kepada Allah yang memberikan nikmat takputus dan
memberiku kecenderungan kepada islam. Sekelumit kisah tentang fase terpenting
perjalanan hidup anak manusia. Berharap semoga dapat memberi sedikit inspirasi,
dari kisah diatas satu hal yang harus dimengerti bahwa ada upaya yang begitu
kerasnya dibalik setiap manis pahit proses perubahan seseorang untuk menjadi
hamba yang bertaqwa. Saya, anda, mereka, Kita semua patut berterimakasii
padanya, pada guru kehidupan yang dengan ikhlas membelajarkan ilmunya.
Semestinya
kita mengerti wahai para pembelajar. Bahwa guru telah mempersiapkan dirinya jauuh
sekali sebelum akhirnya bertemu dengan kita, berhadapan dan menginteraksikan
apa yang telah ia fahami, hingga membuat kita memiliki perasaan dan pemikiran
yang serupa dengannya. Lihatlah ketauladanan yang terpancar pada dirinya,
mengindikasikan satu hal bahwa sejak jauh-jauh hari dia telah berupaya. Tentu
atas yang demikian itu meniscayakan pengorbanan entah itu waktu, pikiran,
bahkan materi yang harus dikeluarkannya. Ketika pada saatnya atas izin Allah kita
dipertemukan dengannya tentu apa yang kita lihat ketika itu adalah manifestasi
dari kesabarannya menjalani proses.
Dan
ketika interaksi itu mulai berjalan tidakkah kita melihat malam-malamnya yang dipakai
untuk mempersiapkan materi dakwah kepada kita? Berbagai macam buku ia baca
sebagai referensi semata untuk semakin meyakinkan kata-katanya, membina kita
menjadi apa yang Allah inginkan. Hari demi hari berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan bersabar menghadapi adik adik binaannya yang tak jarang membuatnya
lelah, bahkan seringkali membuatnya sebal namun anehnya dia tetap berusaha
memberikan perhatian, menanyakan kabar, jadwal bertemu, mengajak berbincang
walau direspon datar. Lalu tidakkah kita mendengar tatkala nama-nama kita senantiasa
disebut dalam setiap doanya?. Harapannya hanyalah supaya adik-adik binaannya
menjadi manusia yang takut dengan Rabb-nya mengikatkan setiap aktifitasnya
dengan hukum syara’ dan menjadi the next pejuang
islam yang tangguh. Doa yang mustahil dilontarkan dari lisan seseorang yang tak
tulus.
menginspirasi ketauladanan Subhanallah jazakillah khoiron katsiron teteh, begitu aku menyebut guru kehidupanku. Terimakasih atas upaya maksimal yang telah kau ikhtiarkan hingga tertunjukinya aku pada hidayah Allah, terimakasi atas doa-doa yang kau panjatkan kepada Rabb semesta hingga Dia berkenan menyendrungkan hati ini kepada islam. Terimakasi atas ketauladanan yang menginspirasiku untuk mengikuti jejakmu menjadi seorang pejuang islam.
Terimakasi tak terbatas untuk guru kehidupanku, dan
semua guru kehidupannya para pembelajar dan juga pencari kebenaran kau bagai
pelita pembawa secercah cahaya dalam gelap, mengobarkan harap, sungguh betapa
istimewanya engkau. {fitri}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar