Selasa, 18 Februari 2014

Guru Kehidupan Yang Dengan Ikhlas Membelajarkan Ilmunya

Semua berawal pada 2009 yang lalu, sosok anggun dengan binar mata yang memancarkan ketulusan, betapa kata-katanya begitu mempesona tak jarang membelalakan mata!. “oh begitu ya!”, “ko bisa sih?!”, “nah trus gimana?” beragam tanya menggelayut dipikiran menuntut untuk dipuaskan, bermacam tanyapun terus kuajukan padanya, meski sesekali perasaan yang kukedepankan, mencari celah bagaimana mematahkan pendapatnya berharap pembenaran atas cara pandangku mengenai sesuatu. Namun begitulah dia dengan sabarnya menjelaskan satu demi satu apa-apa yang memang telah ia pahamii untuk mencerahkan akalku tanpa mampu aku berkutik dibuatnya. karena memang sejatinya islam adalah satu-satunya agama yang memerintahkan manusia beriman dengan berpikir, supaya manusia memiliki keyakinan penuh tanpa ragu.

Semenjak pertemuan itu diskusi  berlanjut ke minggu-minggu setelahnya, luar biasa betapa banyak hal yang kudapat dari setiap pertemuan demi pertemuan, berjam-jam bisa kuhabiskan  hanya untuk berdiskusi dengannya. Kesabaran memang akan senantiasa berbuah manis. Semanis ketika aku menyadari ternyata banyak yang salah dari cara pandangku tentang hidup, tentang islam, tentang bagaimana cara memaknai hidup. Semenjak proses panjang itu terasa ada yang berbeda, berkecambuk rasanya dalam dada, antaara keengganan untuk meninggalkan kenyamanan namun dorongan dari dalam diri terasa begitu dahsyatnya menggedor-gedor memintaku beranjak dari kelalaian menuntut segera merefolusi diri dengan segera bertaubat kepada Allah SWT.
Akhir 2009 menjadi titk awal hijrahku, kala itu aku berjanji kepada Allah bahwa aku dengan segala kelemahanku akan terus berusaha memberikan yang terbaik dari waktuku bahkan mimpiku insya Allah semata untukNYA. Rasanya tak ingin untuk kesekian kalinya mengecewakan Allah dan Rasulullah itu yang menjadi salah satu pendorongku selain karena rasa takut dengan sisksa neraka yang begitu hebatnya yang akan ditimpakan kepada orang-orang lalai atas amanah dari-NYA sebagai hamba di planet bumi yang Ia ciptakan ini.
Alhamdulillah luarbiasa syukurku kuucapkan kepada Allah yang memberikan nikmat takputus dan memberiku kecenderungan kepada islam. Sekelumit kisah tentang fase terpenting perjalanan hidup anak manusia. Berharap semoga dapat memberi sedikit inspirasi, dari kisah diatas satu hal yang harus dimengerti bahwa ada upaya yang begitu kerasnya dibalik setiap manis pahit proses perubahan seseorang untuk menjadi hamba yang bertaqwa. Saya, anda, mereka, Kita semua patut berterimakasii padanya, pada guru kehidupan yang dengan ikhlas membelajarkan ilmunya.
Semestinya kita mengerti wahai para pembelajar. Bahwa guru telah mempersiapkan dirinya jauuh sekali sebelum akhirnya bertemu dengan kita, berhadapan dan menginteraksikan apa yang telah ia fahami, hingga membuat kita memiliki perasaan dan pemikiran yang serupa dengannya. Lihatlah ketauladanan yang terpancar pada dirinya, mengindikasikan satu hal bahwa sejak jauh-jauh hari dia telah berupaya. Tentu atas yang demikian itu meniscayakan pengorbanan entah itu waktu, pikiran, bahkan materi yang harus dikeluarkannya.  Ketika pada saatnya atas izin Allah kita dipertemukan dengannya tentu apa yang kita lihat ketika itu adalah manifestasi dari kesabarannya menjalani proses.
Dan ketika interaksi itu mulai berjalan tidakkah kita melihat malam-malamnya yang dipakai untuk mempersiapkan materi dakwah kepada kita? Berbagai macam buku ia baca sebagai referensi semata untuk semakin meyakinkan kata-katanya, membina kita menjadi apa yang Allah inginkan. Hari demi hari berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan bersabar menghadapi adik adik binaannya yang tak jarang membuatnya lelah, bahkan seringkali membuatnya sebal namun anehnya dia tetap berusaha memberikan perhatian, menanyakan kabar, jadwal bertemu, mengajak berbincang walau direspon datar. Lalu tidakkah kita mendengar tatkala nama-nama kita senantiasa disebut dalam setiap doanya?. Harapannya hanyalah supaya adik-adik binaannya menjadi manusia yang takut dengan Rabb-nya mengikatkan setiap aktifitasnya dengan hukum syara’ dan menjadi the next pejuang islam yang tangguh. Doa yang mustahil dilontarkan dari lisan seseorang yang tak tulus.
menginspirasi ketauladanan
menginspirasi ketauladanan
Subhanallah jazakillah khoiron katsiron teteh, begitu aku menyebut guru kehidupanku. Terimakasih atas upaya maksimal yang telah kau ikhtiarkan hingga tertunjukinya aku pada hidayah Allah, terimakasi atas doa-doa yang kau panjatkan kepada Rabb semesta hingga Dia berkenan menyendrungkan hati ini kepada islam. Terimakasi atas ketauladanan yang menginspirasiku untuk mengikuti jejakmu menjadi seorang pejuang islam.
Terimakasi tak terbatas untuk guru kehidupanku, dan semua guru kehidupannya para pembelajar dan juga pencari kebenaran kau bagai pelita pembawa secercah cahaya dalam gelap, mengobarkan harap, sungguh betapa istimewanya engkau. {fitri}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar