Senin, 07 Oktober 2013

Demokrasi biang Korupsi



Headline News dari berbagai media belakangan ini sering menyajikan kabar-kabar mengenai kasus korupsi yang menyeret nama-nama dari petinggi parpol, kian banyak anggota parpol yang terjerat kasus korupsi setiap harinya. Salah seorang pengamat politik bahkan mengibaratkan seperti arisan parpol yang tinggal menunggu giliran partai mana yang kemudian diusut korupsinya oleh KPK. Partai biru terseret kasus kementrian olahraga, partai kuning ternoda karna kasus pengadaan Al-qur’an dan partai putih beberapa waktu terahir tercoreng karena kasus impor daging sapi. Sebagai seorang mahasiswa sungguh ini adalah realita yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan mengingat orang-orang yang terjerat kasus korupsi diatas adalah pejabat publik.
Dalam sistem demokrasi kasus korupsi ibarat fenomena gunung es yang tampak dipermukaan justru tidak lebih banyak dari fakta yang ada di dalam. Mekanisme pemilu yang ada dalam sistem demokrasi memang sangatlah mahal. Prediksi dana pemilu tahun 2014 saja mencapai Rp. 16,2 Triliun yang dibebankan kepada negara (Republika.co.id). belum lagi dana yang harus dikeluarkan oleh parpol dan calon legislatif untuk kampanye.
Biaya yang tinggi ini akan membuka peluang terjadinya money politic membuat para legisatif berfikir bagainmana cara untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan untuk kampanye. Besarnya biaya pemilu dan kampanye dalam sistem demokrasi juga membuat parpol memutar otak bagaimana cara mendapatkan dana untuk memenangkan pemilu, hingga tak jarang parpol yang menerima bantuan dari para pemilik modal dengan syarat kesepakatan-kesepakatan mengikat. Jika calon legislatif menang jelas hal itu akan mempengaruhi kebijakan yang dibuatnya.
Sebagai seorang mahasiswa saya menyerukan kepada seluruh masyarakat sudah saatnya kita tinggalkan sistem yang justru menyuburkan praktik korupsi dan mari kita beralih kepada alternatif sistem yaitu sistem syariah islam dalam bingkai khilafah yang akan membawa kepada kebaikan dan meninggikan derajat manusia dengan mekanismenya yang khas wallahua'lam.{fitri}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar