Jumat, 26 April 2019

Al Qur'an Sungguh Pilu Nasibmu Kini


Oleh Lailatul Fitriyah

Tak lama setelah wacana penyelenggaraan tes baca Al-qur'an untuk capres dan cawapres oleh Dewan Ikatan DAI Aceh yang rencananya akan dilaksanakan di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada 15 Januari 2019 mendatang, yang bertujuan mengakhiri polemik keislaman yang mendera capres-cawapres. Wacana ini tak ayal justru menuai banyak pro dan kontra dari berbagai kalangan.




Seperti yang dikutip oleh TEMPO.CO, Selasa (01/01/2019) "Politikus senior yang juga Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais menilai adanya usulan tes baca Al-Quran untuk para calon presiden yang bertarung dalam Pemilu 2019 merupakan hal yang tak relevan, Tes baca Al-Quran akan lebih relevan jika diterapkan semisal untuk agenda memilih pimpinan di organisasi masyarakat Islam. Misalnya dalam muktamar Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Amien setuju saja".

Sedangkan Komisioner KPU, Ilham Syaputra berpendapat "Boleh, silakan saja. Cuma lapor sama kami, mereka mau mengadakan apa. Kan begitu saja sebenarnya," TEMPO.CO, Senin (31/12/2018). Pernyataan pro dan kontra juga di keluarkan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo yang dikutip dalam TribunNews.com, Senin (31/12/2018) "Karyono menilai, usulan Dewan Ikatan Dai Aceh yang menantang calon presiden dan wakil presiden di Pilpres 2018 ikut tes membaca Al Quran merupakan blunder bagi demokrasi dan sebuah kemunduran".

Benarlah bahwa Al-qur'an kini tidak lain hanya diposisikan sebagaimana buku buku bacaan pada umumnya, diletakan dalam rak-rak sesekali dibaca dan di hafalkan oleh sebagian yang lainnya. Dalam sumpah jabatan Al Qur'an dipakai namun dalam melaksanakan jabatan Al Qur'an ditinggalkan. Para calon pejabat juga seringkali menjadikannya alat pencitraan bahkan tes baca Al Qur'an untuk capres dan cawapres ada yang mengatakan sebagai sebuah kemunduran.

Manusia hari ini begitu amat pintar beresensi tentang persoalan ini dan itu namun gagap pada esensi keberadaan Al Qur'an itu sendiri. Banyak yang bergelar Doktor atau bahkan Profesor memuntut ilmu tinggi namun hanya makin memperparah kesalahan cara pandang mereka tentang Al Qur'an. Bukankah ilmu itu dipelajari untuk membuat kita semakin taat?

Sedih rasanya melihat nasib Al Qur'an hari ini. Padahal ketika kita berkaca pada sejarah Al Qur'an lah yang telah membuat masyarakat gurun pasir kala itu yang hobinya perang, jual beli dipenuhi tipu tipu, pelecehan perempuan dimana mana, bahkan bayi bayi perempuan dikubur hidup hidup. Kemunduran berpikir itu kemudian berubah seratus derajat saat Al Quran turun kemudian diterapkan dalam sebuah sistem bernegara. Al Qur'an berhasil membuat masyarakat Arab bangkit bahkan Persia dan Romawi yang merupakan negara adidaya kala itu takluk oleh negara islam yang Al Qur'an diterapkan didalamnya.

Jangan sampai kesombongan dan ketidakfahaman menutup mata dan hati kita dari kebenaran Al Qur'an. Yang kegagahannya baru akan kita rasakan ketika Ia diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Membacanya membuat hati tenang dan akan banyak kebaikan saat Al Qur'an diterapkan baik itu skala pribadi, masyarakat, negara dan dunia.

Allah SWT berfirman yang artinya "Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu sehingga Kami menyiksa mereka karena perbuatan yang mereka kerjakan (TQS al-Araf [7]: 96)".

"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dhalim.” (QS. al-Maa-idah: 45)".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar